selamat datang di gumelar.blogspot.com

Senin, 25 Mei 2009

BANGUN DIORO... ( SOSOK SERSAN KAMBING )

Berikut kami posting sosok warga Kecamatan Gumelar yang berhasil mengembangakan usaha peternakan kambing di Bogor Jawa Barat. Beliau sekaligus juga merupakan salah seorang tokoh yang ikut berperan atas sukses dan berkembangnya Kelompok Ternak PEGUMAS di Kecamatan Gumelar, yang pernah mengukir prestasi sebagai juara nasional lomba ternak tingkat nasional tahun 2007.



Kombinasi Ala Bangun Karso Farm









Dengan mengkombinasikan peternakan kambing peranakan etawa (PE) perah dengan pedaging tahun 1999 lalu, Bangun Karso Farm (BKF) mampu berkembang pesat. Hasil kombinasi ini, BKF mendapatkan keuntungan harian dan tahunan.

Berbeda ketika awal pendiriannya pada1997, BKF hanya mengusahakan kambing pedaging. Namun hasil yang di capai tidak memuaskan, sehingga mengalami kebangkrutan. Dari 40 ekor kambing pedaging saat itu, tersisa hanya beberapa ekor saja.

Namun, Bangun Dioro, Pemilik BKF di Palasari, Cijeruk, Jabar, ini tidak putus asa. Bermodalkan Rp20 juta untuk pembelian 20 ekor kambing PE, BKF saat ini berkembang dan mengelola 300 ekor. Sejak berdiri samapi sekarang, BKF sudah menjual kambing sebanyak 1.500 ekor.

Menurut Bagun Dioro, terjadinya kombinasi yang dilakukan BKF karena kambing PE merupakan kambing dwi fungsi. “Artinya, peternak dapat memperoleh keuntungan harian melalui hasil susunya dan keuntungan tahunan dari penjualan dagingnya” jelasnya.


Hasil Tinggi

Hasil susu kambing yang dihasilkan BKF secara rata-rata mencapai 1,5 liter/hari pada masa laktasi selama 4 bulan. Produknya akan meningkat menjadi 2,5 liter/hari pada 1 bulan setelah melahirkan.

Dari 40—50 ekor yang dapat di perah saat ini, BKF menghasilkan rata-rata 60—75 liter/hari. Susu ini langsung diditribusikan kepada pelanggan BKF di Jabotabek, namun adapula pembeli yang langsung. Harga jual susunya perliter mencapai Rp15.000,00—Rp20.000,00/l. “Hasil penjualannya lumayan pak, untuk menghidupi usaha ini,” ungkap anggota TNI-AD yang masih aktif ini, merendah.

Agar hasil susunya bagus, BFK menerapkan pemberian pakan yang baik dan kandang yang nyaman bagi kambing. Serta usia kambing yang diperah, sebaiknya dibawah 5 tahun, jika diatasnya hasilnya kurang bagus dan produksinya menurun atau hanya 1 liter/hari saja.

Selain itu, susu kambing mempunyai khasiat dalam proses penyembuhan berbagai penyakit, seperti penyakit paru-paru, asam urat, TBC. Makanya, pembeli terbesar dari susu yang dihasilkan BKF adalah mereka yang mengalami berbagai penyakit ini.
Pendapatan lainnya adalah dari penjulan kambing PE yang saat ini rata-rata mencapai Rp4 juta—Rp5 juta/ekor. Sementara kambing PE pejantan yang bagus bisa mencapai Rp8 juta/ekor. Kalau kambing PE dara yang berumur 8 bulan, harganya Rp2,5 juta/ekor. Ditambah lagi dari penjualan kambing potong. Saat Idul Adha tahun lalu saja, ia mampu melayani permintaan 200—250 ekor.


Beda Perlakuan

BKF membedakan perlakuan pemeliharaan antara kambing PE perah dan kambing pedaging. Perbedaan meliputi pemberiaan pakan, bentuk kandang, dan sanitasi terhadap kambingnya maupun kadang.

Pakan diberikan teratur, tidak asalan pakan. Pakan berupa rumput yang dicampur daun-daunan (daun turi, kaliandra, gracilaria, mindi, dan daun albasiah). Rerumputan diperoleh dari lahan seluas 4 ha milik BKF. “Mungkin, daun-daunan ini yang menyebabkan susu kambing banyak mengandung khasiat,” terang Bangun.

Kambing perah itupun dimandikan 2 kali sehari. Dan ambing dicuci dengan air hangat setiap mau diperah. Oleh sebab itu, susu yang dihasilkan tidak berbau kambing.
Sementara perlakukan untuk kambing potong tidak terlampau memperhatikan sanitasi. Kambing hanya dimandikan 1 bulan sekali. Kondisi kandang yang penting cukup bersih, dan pakan yang diberikan tidak seketat pengawasannya seperti pada kambing perah.

Perbedaan itu jelas berpengaruh terhadap biaya produksi. BKF mengeluarkan biaya pakan untuk kambing PE perah lebih mahal dibandingkan kambing PE pedaging. Untuk kambing PE perah, biaya pakan sekitar Rp.2.200/ekor/hari. Sedangkan kambing pedaging hanya Rp1.500/ekor/hari. “Jadi perbedaannya sangat jauh, hal ini bisa untuk saling subtitusi,” ujar Bangun.


Yan Suhendar

sumber/Dimuat di : http://www.agrina-online.com




Beliau juga menjadi rujukan resmi bagi disnak jabar... hal tersebut terlihat di jawaban pada forum tanya jawab forum : http://www.disnak.jabarprov.go.id



Bpk/Ibu yang terhormat,

Mohon info atas beberapa pertanyaan berikut :
1. apakah beternak kambing memerlukan ijin?
2. Di daerah karawang, purwakarta dan bogor kelompok ternak ato perorangan mana yang bisa di hubungi untuk pembibitan kambing Etawa?
3. kelompok tani peternak kambing dan domba untuk wilayah Kec. Jonggol Bogor, Kabupaten karawang dan kab. Purwakarta.

Hormat saya,


ari
ari, ariganda@yahoo.com
Senin, 9 Februari 2009

Dik Ari. Untuk mendirikan jenis usaha peternakan apapun wajib memperoleh izin dari kabupaten dalam hal ini Dinas yang menangani fungsi peternakan setempat. Izin mendirikan usaha peternakan berdasarkan atau sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 404/Kpts/OT.210/6/2002 tanggal 28 Juni 2002, tentang Pedoman Perizinan dan Pendaftaran Usaha Peternakan, maka usaha peternakan yang wajib memperoleh izin Perusahaan Peternakan jika jumlah ternak kambing lebih dari 300 ekor; Alamat lokasi peternakan kambing PE di kabupaten Bogor, yang dapat dihubungi atau didatangi: Bapak Bangun Dioro di ds. Palasari, kec. Cijeruk, kabupaten Bogor. Lokasi peternakan kambing PE lainnya; Kabupaten Sumedang, Tasikmalaya Jawa barat dan kabupaten Purworejo Jawa Tengah.
Aida Rosana, Wito Prawigit (Bidang produksi Disnak Jabar), info@disnak.jabarprov.go.id





Beliau juga pernah di tayangkan oleh TPI dalam acara " diatara Kita




“Sersan Kambing”, menjadi julukan Bangun Dioro, pemilik ternak kambing besar di desa Palasari, Bogor, Jawa Barat. Bermula dari 20 ekor kambing, kini usaha anggota TNI berpangkat Sersan Dua ini pun berkembang menjadi 500 ekor kambing. Kepintarannya mengelola peternakan, ditularkan kepada warga sekitar yang diberi kambing untuk dipelihara, atau dikenal sistem plasma.

Sistem ini sangat membantu, kakak beradik Opik dan Hasan, warga desa Palasari, yang kini bisa mandiri beternak kambing. Ternyata kambing, tak sekedar diambil dagingnya, susu kambing belakangan dikenal berkha.

klik : http://www.tpi.tv/new



Masuk pada sambutan Ketua PEGUMAS di hadapan PRESIDEN RI pada saat penyerahan penghargaan bagi PEGUMAS:

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bapak Presiden Republik Indonesia yang saya hormati, Bapak Menteri Pertanian yang saya hormati pula, serta para Hadirin yang saya hormati, Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena saya dapat berdiri di depan Bapak Presiden untuk menyampaikan apa yang telah kami lakukan pada kelompok kami.

Bapak Presiden yang saya hormati,
Berawal dari tahun 2001, Pak, melihat perkembangan peternakan di Indonesia yang secara nasional, bahwa telah disampaikan oleh Menteri Pertanian, bahwa kekurangan stok untuk energi, untuk daging, sehingga kami dari awal 2001 ber-11 orang merintis sebuah kelompok dimana kelompok ini adalah kami namakan Pegumas yaitu dengan singkatan Peranakan Etawa Gumelar Banyumas, asli dari Banyumas. Dengan tujuan, bahwa melihat kondisi peranakan Etawa yang semakin menurun, maka kami ber-11 ini berupaya semaksimal mungkin untuk melestarikan genetika Peranakan Etawa dari benih yang kami ambil berasal dari Kali Gesing, kami silangkan dengan kambing asli dari Gumelar yang ada di Banyumas itu. Sehingga sampai saat ini kelompok kami sudah beranggotakan 32 orang dan 1 orang kami ambil sebagai anggota kami yaitu dari TNI, yaitu Pak Bangun Karso yang di Trubus juga sudah ada yaitu namanya Sersan Kambing. Itu adalah anggota kami yang ke-32 dengan kepunyaan kambing sekitar 500 ekor.

Sehingga dengan jumlah itu, kami anggota ber-32 sekarang hampir 1000 ekor untuk peranakan etawa dan dengan aset yang ada ini Insya Allah, perkembangan Peranakan Etawa di Gumelar, dengan saya mohon kepada Bapak Presiden untuk melirik ataupun memperhatikan kami agar apa yang kurang pada tolonglah kami diperhatikan melalui Bapak Menteri yaitu fasilitas untuk pengolahan pakan yang jelas kurang Pak. Karena kami orang desa, sehingga kami masih manual, sehingga kami membutuhkan sekali alat-alat yang agak modern sehingga kami bisa beternak yang lebih banyak dan lebih menghasilkan untuk memberdayakan ketahanan pangan nasional ini.
Terima kasih.
Akhirulkalam wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

lihat :ht tp://www.presidensby.info/index.php/pidato/2007/11/15/797.html

dan masih banyak cerita lain...



Suting oleh : Tuk Banyumili





2 Comments:

Ety Supriyatin said...

Wah luar biasa temanku...
Sukses selalu dan berkah

Ety Supriyatin said...

Mohon izin copas sebagian kecil utk referensi tulisan sy...trims