( LAPORAN KHUSUS TENTANG PENAMBANGAN EMAS )
Siang beranjak sore, langit mendung menggelayut di langit. Kami serobongan sampai di Grumbul Igir Salak Desa Cihonje Kecamatan Gumelar. Hanya beberapa meter dari lokasi kami memarkir mobil , nampak sebuah warung kecil sedang ramai di kunjungi orang. Beberapa lelaki setengah baya terlihat sedang lahap menikmati mendoan ( tempe ) sambil sesekali terdengar gelak tawa, pakaian mereka terlihat lusuh dan kotor oleh lumpur.
Demi melihat rombongan, pemilik warung dengan ramah mempersilahkan kami mampir, Sesaat saja kami sudah larut dala perbincangan dengan pengunjung warung, mereka kebanyakan adalah para kuli tambang emas yang baru saja selesai bekerja. Kebetulan hari ini kamis, hari dimana para penambang memperoleh bayaran, dari sekilas perbincangan kami menangkap cerita jika para pemilik pertambangan meliburkan karyawanya pada hari jumat dengan alasan menghormati hari suci umat islam, dengan demikian mereka berharap di beri kelancaran dan keselamatan karena pekerjaan menambang memang memiliki resiko tinggi.
Lokasi penambangan tepat di perbatasan antara Desa Cihonje dengan Desa Paningkaban,kedua desa tersebut dipisahkan oleh Jalan Raya Ajibarang – Gumelar. Sebelah Timur Jalan Wilayah Desa cihonje dan Sebelah Barat adalah Desa Paningkaban. Ada puluhan lokasi penambangan yang tersebar di dua desa derbatasan tersebut, Rata –rata setiap pertambangan tradisonal tersebut menyerap 5- 10 tenaga kerja dan mereka diupah antara Rp.25.000,- - 50.000,-/hari.
Pada awalnya penambangan emas dilakukan oleh orang jawa barat (tasik), tanah warga disewakan kepada mereka. Namun sekarang Pemilik lahan yang kebanyakan orang asli Desa Paningkaban Dan Desa Cihonje menambang sendiri lahan mereka. Harga tanah di wilayah tersebut langsung melonjak tinggi, bahkan menurut cerita ada beberapa petak lahan yang sudah ditawar sampai Milyaran Rupiah.
Biaya penambangan memang tidak sedikit, pemilik pertambangan harus menyiapkan uang ratusan juta rupiah, biaya tersebut adalal untuk pengalian tanah yang bisa memakan waktu berminggu-minggu dan baku berupa bamboo dan kayu untuk penahan tanah galian.
Roda perekonomian di wilayah tersebut berjalan cepat, Masyarakat terlihat bersemangat, harapan dan mimpi indah menjadi perbincangan setiap saat. Namun di setiap cerita indah selalu terselip cerita sedih. Banyak juga warga yang sudah menggali berpuluh-puluh meter tetapi belum juga mendapatkan butiran emas seperti yang diharapkan. Padahal ratusan juta sudah di keluarkan. (tuk)
0 Comments:
Post a Comment